Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat urgen,
karena pendidikan merupakan salah satu faktor yang dapat menentukan masa depan setiap anak.
Orang tua pun tentunya ingin memberikan yang terbaik untuk anaknya dan melihat anaknya
menjadi pribadi yang sukses, sukses yang bukan hanya dalam hal “materi” namun juga suskses
dalam mengendalikan dan memberdayakan potensi baiknya.
Perkembangan lingkungan sosial yang begitu pesat meningkatkan
tantangan dan pengaruh yang begitu meresahkan bagi perkembangan pendidikan dan pembentukan
pribadi anak, seperti meluasnya peredaran obat terlarang, pergaulan bebas,
tawuran remaja sehingga menumbuhkan kekhawatiran pada orang tua mereka.
Ditambah globalisasi di bidang budaya, etika dan moral yang didukung oleh kemajuan
teknologi di bidang tarnsportasi dan teknologi. Bagi anak yang tidak dapat memanfaatkan
perkembangan dunia dengan baik dan benar akan menghantarkan mereka pada perilaku
yang menyimpang dari agama dan mangakibatkan krisis moral pada anak bangsa.
Dengan demikian, diperlukan suatu pendidikan yang
mana di dalamnya tidak hanya memberikan pengetahuan-pengetahuan pada anak yang
hanya bersifat umum, tetapi juga pengetahuan keagamaan yang dapat memperbaiki akhlak
dan dapat dijadikan panduan untuk menjalani kehidupan yang lebih terarah dan tidak
menyimpang dari ajaran sang Khaliq. Ini berarti ada keseimbangan antara pengetahuan
umum dan agama. Untu kitu, (boarding
school) merupakan salah
satu solusi baik untuk mengatasi
tantangan perkembangan zaman sekarang dan untuk mencapai keunggulan, baik pada aspek
akademik, non akademik, maupun pribadi yang kuat, kokoh dan mantap dalam diri anak.
Dan terpenting
siap untuk mengabdikan dirinya pada masyarakat, agama dan bangsa.
PENGERTIAN
DAN SEJARAH AWAL BOARDING
SCHOOL (PESANTREN)
1. Pengertian Boarding School
a.
Boarding
school terdiri dari
dua kata yaitu boarding dan school. Boarding berarti asrama, dan school
berarti sekolah.[1]
Boarding School adalah system sekolah berasrama, di mana peserta didik dan juga
para guru dan pengelola sekolah tinggal di asrama yang berada dalam lingkungan sekolah
dalam kurun waktu tertentu.[2]
Boarding
school adalah sekolah yang memiliki asrama, di mana para siswa hidup, belajar secara
total di lingkungan sekolah. Karena itu segala jenis kebutuhan hidup dan kebutuhan
belajar disediakan oleh sekolah. Sekolah berasrama ini bisa juga kita
sebut dengan Pesantren.
b.
Adapun
secara umum, arti dari Pendidikan (Boarding School) sebagaimana tertulis
dalam Word net bag.30 adalah a private school where students are
lodged and fed as well as taught, artinya adalah: “sebuah sekolah swasta di
mana siswa diasramakan, diberi makan serta diberi pelajaran”.[3]
c.
Menurut
Oxford dictionary, pendidikan kepesantrenan (Boarding School) is
school where some or all pupil live during the term. Artinya adalah : Sekolah
berasrama
adalah lembaga pendidikan yang mana
sebagian atau seluruh siswanya belajar dan tinggal bersama selama kegiatan pemebelajaran).[4]
2. Faktor-faktor Berkembangnya
Boarding School
Keberadaan Boarding School adalah suatu konsekuennsi logis dari perubahan
lingkungan social dan keadaan ekonomi serta cara pandang religiousitas masyarakat.
Dijelaskan sebagai berikut:
a. Lingkungan sosial yang kini telah banyak
berubah, terutama di kota-kota besar. Sebagian besar penduduk tidak lagi tinggal
dalam suasana masyarakat yang homogen, kebiasaan lama bertempat tinggal dengan keluarga
besar satu klan atau marga telah lama bergeser ke arah masyarakat yang hetrogen,
majemuk, dan plural. Hal ini berimbas pada pola perilaku masyarakat yang
berbeda karena berada dalam pengaruh nilai-nilai yang berbeda pula. Oleh karena
itu, sebagian besar masyarakat yang terdidik dengan baik menganggap bahwa lingkungan
social seperti itu sudah tidak lagi kondusif bagi pertumbuhan dan perkembangan intelektual
dan perkembangan anak.
b.
Keadaan
ekonomi masyarakat yang semaki nmembaik, mendorong pemenuhan kebutuhan di atas kebutuhan
dasar seperti kesehatan dan pendidikan. Bagi kalangan menengah-atas yang baru muncul
akibat tingkat pendidikan mereka yang cukup tinggi sehingga mendapatkan posisi-posisi
yang baik dalam lapangan pekerjaan berimplikasi pada tingginya penghasilan mereka.
Hal ini mendorong niat dan tekad untuk memberikan pendidikan yang terbaik bagi anak-anak
melebihi pendidikan yang telah diterima oleh orang tuanya.
c.
Cara
pandang religiusitas masyarakat telah, sedang, dan akan terus berubah.
Kecenderungan terbaru masyarakat perkotaan sedang bergerak ke arah yang semakin
religius. Indikatornya adalah semakin diminati dan semaraknya kajian dan berbagai
kegiatan keagamaan. Modernitas membawa implikasi negative dengan adanya ketidak
seimbangan antara kebutuhan ruhani dan jasmani. Untuk itu masyarakat tidak ingin
hal yang sama akan menimpa anak-anak mereka. Intinya, ada keinginan untuk melahirkan
generasi yang lebih agamis atau memiliki nilai-nilai hidup yang baik mendorong
orang tua mencarikan system pendidikan alternatif.[5]
3.
Jenis-Jenis Boarding
School :
a.
Menurut sistem bermukim siswa :
·
All Boarding
School : Seluruh siswa tinggal di asrama kampus atau sekolah.
·
Boarding day
School : Mayoritas siswa tinggal di sekolah dan sebagian lagi
dilingkungan sekitar kampus atau sekolah.
·
Day boarding : Mayoritas
tidak tinggal di kampus meskipun ada sebagian yang tetap tinggal di kampus atau
sekolah.
b.
Menurut jenis siswa :
·
Junior Boarding
School : Sekolah yang menerima murid dari tingkat SD s/d SMP,
namun biasanya hanya SMP saja.
·
Co-educational
School : Sekolah yang menerima siswa laki-laki dan perempuan.
·
Boys School : Sekolah yang
menerima siswa laki-laki saja.
·
Girl School : Sekolah yang
menerima siswa perempuan saja.
·
Pre-professional
arts School : Sekolah khusus untuk seniman.
·
Religius School
: Sekolah yang kurikulumnya mengacu pada agama tertentu.
4.
Keunggulan Boarding School
Banyak keunggulan yang terdapat
dalam sistem pemondokan atau boarding school ini. Dengan sistem mesantren atau
mondok, seorang siswa atau santri tidak hanya belajar secara kognitif,
melainkan juga afektif dan psikomotor. Belajar afektif adalah mengisi otak
siswa atau santri dengan berbagai macam ilmu pengetahuan, dengan cara melatih
kecerdasan anak. Sementara menghadapi era modernisme seperti sekarang ini, otak
siswa tidak lagi cukup dengan dipenuhi ilmu pengetahuan, melainkan perlu
keterampilan dan kecerdasan merasa dan berhati nurani. Sebab, pada
kenyataannya, dalam menghadapi kehidupan, manusia menyelesaikan masalah tidak
cukup dengan kecerdasan intelektual, melainkan perlu kecerdasan emosional (EQ)
dan kecerdasan spiritual (SQ). Mengajarkan kecerdasan emosional dan spiritual
tidak cukup dilakukan secara kognitif, sebagaimana mengajarkan kecerdasan
intelektual. Dalam hal ini diperlukan proses internalisasi dari berbagai
pengertian yang ada dalam rasio ke dalam hati sanubari.
Salah satu cara terbaik mengajarkan
dunia afektif adalah pemberian teladan dan contoh dari para pemimpin dan
orang-orang yang berpengaruh di sekitar anak. Dengan mengasramakan anak didik
sepanjang 24 jam, anak didik tidak hanya mendapatkan pelajaran secara kognitif,
melainkan dapat menyaksikan langsung bagaimana perilaku ustadz, guru, dan
orang-orang yang mengajarkan mereka. Para siswa bisa menyaksikan langsung,
bahkan mengikuti imam, bagaimana cara salat yang khusuk, misalnya. Ini sangat
berbeda dengan pelajaran salat, misalnya, yang tanpa disertai contoh dan
pengalaman makmum kepada imam yang salatnya khusuk.
Di samping itu, dengan sistem boarding school, para
pimpinan pesantren dapat melatih psikomotorik anak lebih optimal. Dengan
otoritas dan wibawa yang dimiliki, para guru mampu mengoptimalkan psikomotorik
siswa, baik sekadar mempraktikkan berbagai mata pelajaran dalam bentuk
gerakan-gerakan motorik kasar maupun motorik lembut, maupun berbagai gerakan
demi kesehatan jiwa dan psikis anak.
Karena sistem boarding school mampu
mengoptimalkan ranah kognitif, afektif, dan psikomotor siswa, maka sistem
mesantren ini memiliki prasyarat agar para guru dan pengelola sekolah siap
mewakafkan dirinya selama 24 jam. Selama siang dan malam ini, mereka melakukan
proses pendidikan, baik ilmu pengetahuan, maupun memberikan contoh bagaimana
mengamalkan berbagai ilmu yang diajarkan tersebut.
Kelebihan-kelebihan lain dari sistem ini adalah sistem
boarding lebih menekankan pendidikan kemandirian. Berusaha menghindari dikotomi
keilmuan (ilmu agama dan ilmu umum). Dengan pembelajaran yang mengintegrasikan
ilmu agama dan ilmu umum diharapkan akan membentuk kepribadian yang utuh setiap
siswanya. Pelayanan pendidikan dan bimbingan dengan sistem boarding school yang
diupayakan selama 24 jam, akan diperoleh penjadwalan pembelajaran yang lebih
leluasa dan menyeluruh, segala aktifitas siswa akan senantiasa terbimbing,
kedekatan antara guru dengan siswa selalu terjaga, masalah kesiswaan akan
selalu diketahui dan segera terselesaikan, prinsip keteladanan guru akan
senantiasa diterapkan karena murid mengetahui setiap aktifitas guru selama 24
jam.
Pembinaan mental siswa secara khusus mudah dilaksanakan,
ucapan, perilaku dan sikap siswa akan senantiasa terpantau, tradisi positif
para siswa dapat terseleksi secara wajar, terciptanya nilai-nilai kebersamaan
dalam komunitas siswa, komitmen komunitas siswa terhadap tradisi yang positif
dapat tumbuh secara leluasa, para siswa dan guru-gurunya dapat saling berwasiat
mengenai kesabaran, kebenaran, kasih sayang, dan penanaman nilai-nilai kejujuran,
toleransi, tanggungjawab, kepatuhan dan kemandirian dapat terus-menerus diamati
dan dipantau oleh para guru / pembimbing.[7]
Selain itu, ada juga beberapa
keunggulan Boarding School jika dibandingkan dengan sekolah regular, yaitu :
a.
Program Pendidikan Paripurna
Umumnya sekolah-sekolah regular
terkonsentrasi pada kegiatan-kegiatan akademis sehingga banyak aspek kehidupan
anak yang tidak tersentuh. Hal ini terjadi karena keterbatasan waktu yang ada
dalam pengelolaan program pendidikan pada sekolah regular. Sebaliknya, sekolah
berasrama dapat merancang program pendidikan yang komprehensif-holistic dari
program pendidikan keagamaan, academic development, life skill (soft skill dan
hard skill) sampai membangun wawasan global. Bahkan pembelajaran tidak hanya sampai
pada tataran teoritis, tapi juga implementasi baik dalam konteks belajar ilmu
ataupun belajar hidup.
b.
Fasilitas Lengkap
Sekolah berasrama mempunyai fasilitas
yang lengkap, mulai dari fasilitas sekolah yaitu kelas belajar yang baik (AC, 24 siswa, smart
board, mini library, camera), laboratorium, klinik, sarana olah raga semua
cabang olah raga, Perpustakaan, kebun dan taman hijau. Sementara di asrama
fasilitasnya adalah kamar (telepon, TV, AC, Pengering Rambut, tempat handuk,
karpet diseluruh ruangan, tempat cuci tangan, lemari kamar mandi, gantungan
pakaian dan lemari cuci, area belajar pribadi, lemari es, detector kebakaran,
jam dinding, lampu meja, cermin besar, rak-rak yang luas, pintu darurat dengan
pintu otomatis. Sedangkan fasilitas dapur terdiri dari: meja dan kursi yang
besar, perlengkapan makan dan pecah belah yang lengkap, microwape, lemari es,
ketel otomatis, pembuat roti sandwich, dua toaster listrik, tempat sampah,
perlengkapan masak memasak lengkap, dan kursi yang nyaman.
c.
Guru yang Berkualitas
Sekolah-sekolah berasrama umumnya
menentukan persyaratan kualitas guru yang lebih jika dibandingkan dengan
sekolah konvensional. Kecerdasan intellectual, social, spiritual, dan kemampuan
paedagogis-metodologis serta adanya ruh mudarris pada setiap guru di sekolah berasrama.
Ditambah lagi kemampuan bahasa asing: Inggris, Arab, Mandarin, dll. Sampai saat
ini dalam penilaian saya sekolah-sekolah berasrama (Boarding School) belum
mampu mengintegrasikan guru sekolah dengan guru asrama. Masih terdapat dua kutub
yang sangat ekstrim antara kegiatan pendidikan dengan kegiatan pengasuhan.
Pendidikan dilakukan oleh guru sekolah dan pengasuhan dilakukan oleh guru
asrama.
d.
Lingkungan yang Kondusif
Dalam sekolah berasrama semua elemen
yang ada dalam komplek sekolah terlibat dalam proses pendidikan. Aktornya tidak
hanya guru atau bisa dibalik gurunya bukan hanya guru mata pelajaran, tapi
semua orang dewasa yang ada di Boarding Schooladalah guru. Siswa tidak bisa
lagi diajarkan bahasa-bahasa langit, tapi siswa melihat langsung praktek
kehidupan dalam berbagai aspek. Guru tidak hanya dilihatnya di dalam kelas,
tapi juga kehidupan kesehariannya. Sehingga ketika kita mengajarkan tertib
bahasa asing misalnya maka semuanya dari mulai tukang sapu sampai
principalberbahasa asing. Begitu juga dalam membangun religius socity, maka
semua elemen yang terlibat mengimplementasikan agama secara baik.
e.
Siswa yang heterogen
Sekolah berasrama mampu menampung siswa
dari berbagai latar belakang yang tingkat heteroginitasnya tinggi. Siswa berasal
dari berbagai daerah yang mempunyai latar belakang social, budaya, tingkat
kecerdasan, kemampuan akademik yang sangat beragam. Kondisi ini sangat kondusif
untuk membangun wawasan national dan siswa terbiasa berinteraksi dengan
teman-temannya yang berbeda sehingga sangat baik bagi anak untuk melatih wisdom
anak dan menghargai pluralitas.
f.
Jaminan Keamanan
Sekolah berasrama berupaya secara total
untuk menjaga keamanan siswa-siswinya. Makanya, banyak sekolah asrama yang
mengadop pola pendidikan militer untuk menjaga keamanan siswa-siswinya. Tata
tertib dibuat sangat rigid lengkap dengan sangsi-sangsi bagi pelanggarnya.
Daftar “dosa” dilist sedemikan rupa dari dosa kecil, menengah sampai berat.
Jaminan keamanan diberikan sekolah berasarama, mulai dari jaminan kesehatan
(tidak terkena penyakit menular), tidak narkoba, terhindar dari pergaulan
bebas, dan jaminan keamanan fisik (tauran dan perpeloncoan), serta jaminan
pengaruh kejahatan dunia maya.
g.
Jaminan Kualitas
Sekolah berasrama dengan program yang
komprehensif-holistik, fasilitas yang lengkap, guru yang berkualitas, dan
lingkungan yang kondusif dan terkontrol, dapat memberikan jaminan kualitas jika
dibandingkan dengan sekolah konvensional. Dalam sekolah berasrama, pintar tidak
pintarnya anak, baik dan tidak baiknya anak sangat tergantung pada sekolah
karena 24 jam anak bersama sekolah. Hampir dapat dipastikan tidak ada variable
lain yang “mengintervensi” perkembangan dan progresivits pendidikan anak,
seperti pada sekolah konvensional yang masih dibantu oleh lembaga bimbingan
belajar, lembaga kursus dan lain-lain. Sekolah-sekolah berasrama dapat
melakukan treatment individual, sehingga setiap siswa dapat melejikan bakat dan
potensi individunya.[8]
5.
Kelemahan Boarding School
Sampai saat ini sekolah-sekolah berasrama
masih banyak memiliki persoalan yang belum dapat diatasi sehingga banyak
sekolah berasrama layu sebelum berkembang. Adapun Faktor-faktornya adalah
sebagai berikut :
a.
Ideologi Boarding School yang Tidak
Jelas
Term ideology digunakan untuk menjelaskan tipologi atau
corak sekolah berasrama, apakah religius, nasionalis, atau nasionalis-religius.
Yang mengambil corak religius sangat beragam dari yang fundamentalis, moderat
sampai liberal. Masalahnya dalam implementasi ideologinya tidak dilakukan secara
kaffah. Terlalu banyak improvisasi yang bias dan keluar dari pakem atau frame
ideology tersebut. Hal itu juga serupa dengan yang nasionalis, tidak mengadop
pola-pola pendidikan kedisiplinan militer secara kaffah, akibatnya terdapat
kekerasan dalam sekolah berasrama. Sementara yang nasionalis-religius dalam
praktik sekolah berasrama masih belum jelas formatnya.
b.
Dikotomi guru sekolah vs guru asrama
(pengasuhan)
Sampai saat ini sekolah berasrama
kesulitan mencari guru yang cocok untuk sekolah berasrama. Sekolah-sekolah
tinggi keguruan (IKIP dan Mantan IKIP) tidak “memproduksi” guru-guru sekolah
berasrama. Akibatnya, masing-masing sekolah mendidik guru asrmanya sendiri
sesuai dengan pengetahuan yang dimiliki oleh lembaga tersebut. Guru sekolah
(mata pelajaran) bertugas hanya untuk mengampu mata pelajarannya, sementara
guru pengasuhan adalah tersendiri hanya bicara soal pengasuhan. Padahal
idealnya, dua kompetensi tersebut harus melekat dalam sekolah berasrama. Ini
penting untuk tidak terjadinya saling menyalahkan dalam proses pendidikan
antara guru sekolah dengan guru asrama.
c.
Kurikulum Pengasuhan yang Tidak Baku
Salah satu yang membedakan
sekolah-sekolah berasrama adalah kurikulum pengasuhannya. Kalau bicara
kurikulum akademiknya dapat dipastikan hampir sedikit perbedaannya. Semuanya
mengacu kepada kurikulum KTSP-nya produk Depdiknas dengan ditambah pengayaan
atau suplemen kurikulum international dan muatan lokal. Tapi kalau bicara
tentang pola pengasuhan sangat beragam, dari yang sangat militer (disiplin
habis) sampai ada yang terlalu lunak. Kedua-duanya mempunyai efek negative.
pola militer melahirkan siswa yang berwatak kemiliter-militeran dan terlalu
lunak menimbulkan watak licik yang bisa mengantar siswa mempermainkan
peraturan.
d.
Sekolah dan Asrama Terletak Dalam Satu
Lokasi
Umumnya sekolah-sekolah berasrama
berada dalam satu lokasi dan dalam jarak yang sangat dekat. Kondisi ini yang
telah banyak berkontribusi dalam menciptakan kejenuhan anak berada di sekolah
Asrama.
Pengembangan
Institusional Boarding School
Sekarang ini, ada dua fenomena menarik
dalam dunia pendidikan di Indonesia yakni munculnya sekolah-sekolah terpadu
(mulai tingkat dasar hingga menengah); dan penyelenggaraan sekolah bermutu yang
sering disebut dengan boarding school. Para murid mengikuti pendidikan reguler
dari pagi hingga siang di sekolah, kemudian dilanjutkan dengan pendidikan agama
atau pendidikan nilai-nilai khusus di malam hari. Selama 24 jam anak didik
berada di bawah didikan dan pengawasan para guru pembimbing.Di lingkungan
sekolah ini mereka dipacu untuk menguasai ilmu dan teknologi secara intensif.
Selama di lingkungan asrama mereka ditempa untuk menerapkan ajaran agama atau
nilai-nilai khusus tadi, tak lupa mengekspresikan rasa seni dan ketrampilan.
Hari-hari mereka adalah hari-hari berinteraksi dengan teman sebaya dan para
guru. Rutinitas kegiatan dari pagi hingga malam sampai ketemu pagi lagi, mereka
menghadapi “makhluk hidup” yang sama, orang yang sama, lingkungan yang sama,
dinamika dan romantika yang seperti itu pula. Dan dari situlah mereka mulai
belajar hidup yang sebenarnya.
Kehadiran boarding school adalah suatu
keniscayaan zaman kini. Keberadaannya adalah suatu konsekwensi logis dari
perubahan lingkungan sosial dan keadaan ekonomi serta cara pandang religiusitas
masyarakat. Seperti misalnya, lingkungan sosial kita kini telah banyak berubah
terutama di kota-kota besar. Sebagian besar penduduk tidak lagi tinggal dalam
suasana masyarakat yang homogen, kebiasaan lama bertempat tinggal dengan
keluarga besar satu klan atau marga telah lama bergeser ke arah masyarakat yang
heterogen. Hal ini berimbas pada pola perilaku masyarakat yang berbeda karena
berada dalam pengaruh nilai-nilai yang berbeda pula.
Dari segi sosial, sistem boarding
school mengisolasi anak didik dari lingkungan sosial yang heterogen yang
cenderung buruk. Di lingkungan sekolah dan asrama dikonstruksi suatu lingkungan
sosial yang relatif homogen yakni teman sebaya dan para guru pembimbing.
Homogen dalam tujuan yakni menuntut ilmu sebagai sarana mengejar cita-cita. Dari
segi ekonomi, boarding school memberikan layanan yang paripurna. Oleh karena
itu anak didik akan benar-benar terlayani dengan baik melalui berbagai layanan
dan fasilitas. Dari segi semangat religiusitas, boarding school menjanjikan
pendidikan yang seimbang antara kebutuhan jasmani dan ruhani, intelektual dan
spiritual.
Nampaknya, konsep boarding school
menjadi alternatif pilihan sebagai model pengembangan pendidikan yang akan
datang. Pemerintah diharapkan semakin serius dalam mendukung dan mengembangkan
konsep pendidikan seperti ini. Sehingga, Boarding school menjadi lembaga
pendidikan yang maju dan bersaing dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan
keterampilan.
Kesimpulan
Sekolah Berasrama adalah alternative terbaik buat para orang tua menyekolahkan
anak mereka dalam kondisi apapun. Selama 24 jam anak hidup dalam pemantauan dan
control yang total dari pengelola, guru, dan pengasuh di sekolah-sekolah berasrama.
Anak betul-betul dipersiapkan untuk masuk ke dalam dunia nyata dengan modal
yang cukup, tidak hanya kompetensi akademis, tapi skill-skill lainnya
dipersiapkan sehingga mereka mempunyai senjata yang ampuh untuk memasuki dan menaklukkan
dunia ini. Di sekolah berasrama anak dituntut untuk dapat menjadi manusia yang
berkontribusi besar bagi kemanusiaan. Mereka tidak hanya hidup untuk dirinya dan
keluarganya tapi juga harus berbuat untuk bangsa dan Negara. Oleh sebab itu dukungan
fasilitas terbaik, tenaga pengajar berkualitas, dan lingkungan yang kondusif harus
didorong untuk dapat mencapai cita-cita tersebut.
Ada beberapa tipe yang terdapat dalam Boarding
school, yaitu:
a)
Menurut Sistem Bermukim Siswa :
1.
All
Boarding School
2.
Boarding
day School
3.
Day
boarding
b) Menurut Jenis
Siswa
1.
Junior
Boarding School
2.
Co-educational
School
3.
Boys
School
4.
Girl
School
5.
Pre-professional
arts School
6.
Religius
School
7.
Special
needs Boarding School
DAFTAR
PUSTAKA
M. Echols,
john & Shadily, Hasan. An English Indonesian. Jakarta: Gramedia, 1996.
Tidjani
Djauhari, Mohammad. Masa Depan Pesantren, Agenda yang Belum Terselesaikan.
Jakarta: Tajj Publishing, 2008.
Bahtiar dalam boarding
school danperanannyadalampengembanganpendidikanislam
http://bhakti-ardi.blogspot.com/2012/07/boarding-school-dan-peranannya-dalam_08.html
DefinisiBording
School dalam http://www.dictionary30.com/.
http://michailhuda.multiply.com/journal/item/57/Sistem_Pendidikan_Boarding_School_Efektif_Untuk_Pendidikan_Karakter_Bulding?&show_interstitial=1&u=%2Fjournal%2Fitem.
[1]John
M. Echols, Hasan Shadili, An
English-Indonesian (Jakarta: Gramedia, 1996), 72.
[2]Bahtiar dalam boarding
school danperanannyadalampengembanganpendidikanislam
http://bhakti-ardi.blogspot.com/2012/07/boarding-school-dan-peranannya-dalam_08.html
[3]DefinisiBording School dalam
http://www.dictionary30.com/.
[4]DefinisiBording School dalam
http://oxforddictionaries.com/.
[5]GinandjarKartasasmita,
PeranPondokPesantrenDalamMembangunSumberDayaManusia Indonesia yang Berkualitas,
dalam www.ginandjar.com
[6]Bahtiardalam boarding school
danperanannyadalampengembanganpendidikanislam
http://bhakti-ardi.blogspot.com/2012/07/boarding-school-dan-peranannya-dalam_08.html.
[7]http://michailhuda.multiply.com/journal/item/57/Sistem_Pendidikan_Boarding_School_Efektif_Untuk_Pendidikan_Karakter_Bulding?&show_interstitial=1&u=%2Fjournal%2Fitem.
[8]
http://sutris02.wordpress.com/author/sutris02/.