ISLAM DI SPANYOL
Di Bawah Kekuasaan al-Muluk al-Tawa>if
Perpindahan kekhalifahan di Andalusia (spanyol) menjadi Dinasti
dilatarbelakangi perebutan kekuasaan. Dinasti Umawiyah Akhirnya runtuh ketika
Khalifah Hisyam III ibn Muhammad III yang bergelar al-Mu’ta>dd (1027-1031) disingkirkan oleh kelompok angkatan bersenjata. Para
pemuka penduduk Cordova[1] segara
meminta Umayyah ibn ‘Abd al-Rahman agar bersedia menduduki jabatan negara
tertinggi tersebut, karena harus bersembunyi untuk meloloskan diri dari bahaya
yang mengancam dirinya. Menyaksikan keadaan demikian, Wazi>r Abu al-Hazm ibn Jawhar mengumumkan penghapusan khilafah untuk
selamanya karena dianggap tidak lagi ada orang yang layak memegang jabatan
tersebut. Ketika dinasti Bani Umayyah hanya tinggal puing-puing kehancuran,
sejarah andalusia memasuki episode baru dengan tampilnya kepemimpinan Muluk
al-Tawa>if[2] atau Taifas yang berarti raja-raja golongan
pada 1031.
Setelah kekuasaan islam terlepas dari pemarintahan Bani Umayyah dan
pindah ke Muluk al-Tawa>if, kondisi umat islam di spanyol kembali mengalami pertikaian
internal. Ironisnya, setiap ada perang saudara, ada yang maminta bantuan dari
raja-raja Kristen, sehingga orang kristen mulai mengambil inisiatif
penyerangan.
Selanjutnya umat islam di spanyol berada di bawah kekuasaan
Dinasti Murabithu>n, Muwahhidu>n dan Bani ahmar atau Nashriyah. Ketika kekuasaan Bani Ahmar inilah
pasukan kristen yang dipimpin Ferdinand dan Isabella berhasil menaklukkan umat
islam pada tahun 1492 yang menandai berahirnya kekuasaan islam di tanah spanyol
atau andalusia.[3]
Dinasti Murabithu>n ( 1086-1248 )
Sejarah berdirinya Dinasti Murabithu>n
Secara kronologis, berdirinya gerakan Murabithu>n diawali ketika seorang pemimpin suku lamtunah bernama Yahya ibn
Ibrahim al-Jaddali melakukan ibadah haji ke tanah suci. Akibat perjalanan itu,
dia menyadari akan perlunya suatu perbaikan dalam bidang agama bagi rakyatnya
dalam perjalanan pulang. Di suatu tempat yang bernama nafis, dia bertemu dengan
seorang guru sufi yang bernama Abdullah ibn Yasin al-Jazuli.[4]
Dalam keterangan lain disebutkan bahwa dalam perjalanan pulang haji, Yahya
bertemu dengan seorang alim yang bermadzhab Maliki yang bernama Abu Imran
al-Fasi, dan atas petunjuknya Yahya mendapat guru dari Madzhab Maliki bernama
Abdullah ibn Yasin al-Jazuli, dan selanjutnya Yahya memohon Ibn Yasin untuk
bersedia mengajarkan agama yang benar kepada rakyatnya, orang-orang dari suku Lamtunah.
Dakwah yang disampaikan Ibn Yasin kurang mendapat sambutan dan
hanya diikuti tujuh atau delapan orang saja, dua diantaranya adalah kepala suku
Lamtunah bernama Yahya ibn Umar dan adiknya bernama Abu Bakr Ibn Umar.
Oleh sebab itu, Ibn Yasin mengajak pengikutnya kesebuah pulau di sinegal
dan di sana mereka mendirikan ribath.[5]
Di sinilah awal penamaan Murabithah, dan pengikutnya disebut Murabithun
yang mempunyai pengikut dalam komunitas keagamaan.
Ketika jumlah mereka mencapai seribu orang, Ibn Yasin mulai memerintahkan
untuk menyiarkan agama keluar ribath dan memberantas segala
bentuk penyelewengan individu maupun penyelewengan penguasa yang memungut pajak
terlalu tinggi. Dalam waktu sepuluh tahun jumlah pengikut Murabithun meningkat
tajam, sehingga komunitas mereka menjadi gerakan politik yang menjadi gerakan
jihad. Dengan diangkatnya Yahya Ibn Umar sebagai panglima militer, suku-suku
bangsa di sahara ditaklukkan hingga ke daerah Wadi Dar’ah.
Setelah Yahya ibn Ibrahim al-Jaddali wafat pada 1056, kepemimpinan dipegang
oleh ibn Yasin sendiri.[6]
Abdullah Ibn Yasin dan pengikutnya (Murabithun) kemudian mengadakan
penyerangan terhadap suku Berber lainnya yang mereka anggap sesat. Di bawah
komando panglima Abu Bakar bin umar, suku Berber di sahara dan Maroko mereka serang,
dan dalam pertempuran itu Ibn Yasin meninggal dunia (1059 M). Abu Bakar bin
umar selanjutnya memimpin gerakan ini hingga ia memindahkan ibu kota
kekuasaannya dari kota kecil di sahara ke Marakisy pada 1070 M[7] dan
gerakan itu juga dipimpin yusuf Ibn Tasyufin.[8]
Tatkala terjadi pertikaian diantara suku-suku yang ditinggalkannya
di bagian selatan, kedua pemimpin itu berpisah (Abu Bakar bin umar dan yusuf
Ibn Tasyufin). Abu bakar kembali ke sahara untuk mengambil keamanan dan
ketertiban, sedangkan yusuf Ibn Tasyufin, melanjutkan upaya penaklukan ke
wilayah utara.
Ketika Abu Bakar mendengar yusuf Ibn Tasyufin berhasil menguasai
seluruh tanah Maghribi, dia kembali ke utara untuk mengambil kendali Murabithu>n. Akan tetapi, yusuf Ibn Tasyufin atas saran istrinya, Zaynab,
hanya memberikan Abu Bakar limpahan hadiah tanpa menyinggung kepemimpinan
Murabithun. Selanjutnya Abu Bakar kembali ke gurun sahara, kemudian melanjutkan
ke Sudan hingga dia meninggal di sana pada 1087 M.
Sepeninggal Abu Bakar, yusuf Ibn Tasyufin membangun kota Marrakesh
untuk di jadikan pusat pemerintahan, sementara upaya penaklukan terus
dilakukan. Pada 1070 dia menguasai Fes. Delapan tahun kemudian menguasai
Tangier. Selanjutnya, pada 1080-1082 meluaskan kekuasaan ke daerah Algeria,
sehingga wilayah murabithu>n terbentang dari pantai Afrika Utara sampai ke sinegal.
Kemajuan
Dinasti Murabithu>n
Dinasti Murabithu>n mngalami kemajuan ketika di bawah pimpinan Yusuf Ibn Tasyfin, atas
prestasi itu, Yusuf Ibn Tasyfin dimintai bantuan oleh Al-Mu’tamid, penguasa
Bani Abbas di Sevilla[9] yang
sedang terancam oleh kekuasaan Kristen, untuk menghadapi Al-Fonso VI. Akhirnya
pertempuran terjadi di Al-Zallaqah pada 1086 M, dan Yusuf Ibn Tasyfin berhasil
mengalahkan Al-Fonso VI, sekitar 20.000 pasukan musuh dibunuh dengan keji,
merasa berpengalaman dan berhasil menghadapi musuh di Eropa, Yusuf Ibn Tasyfin
dengan pasukannya kembali ke Eropa lagi pada 1090 M. Mereka bisa menguasai
Granada,[10]
Sevilla, dan kota-kota penting lainnya. Dengan demikian, Yusuf Ibn Tasyfin
berhasil menguasai kerajaan muslim di Eropa kecuali Toledo.[11]
Atas keberhasilannya itu, Dinasti Murabithu>n kemudian mendaulat diri sebagai sebagai dinasti yang otonom, di
mana penguasanya diberi gelar Amir al-Muslimin, namun masalah otoritas
keagamaan, Murabithu>n masih tetep mengakui kekuasaan tertinggi pada Bani Abba>s di Baghdad.
Kemajuan Dinasti Murabithu>n tidak hanya perluasan wilayah, tetapi juga pada bidang yang lain,
masjid dan istana megah di bangun di Marakisy. Selain itu dibangun masjid Ja’i
Tlemsan, masjid Qairuwan di Fes, masjid agung Al-Jazair, dan lainnya. Keindahan
dan keramaian kota Marakisy menarik kalangan luar memasuki ibu kota. Para
seniman, sastrawan, penyair, arsitek bangunan, pedagang dan pengrajin
berdatangan.
Kegemilangan Yusuf Ibn Tasyfin itu tidak begitu lama, karena pada
1107 dia wafat. Kemudian dia mewariskan kekuasaannya pada putranya bernama Ali
ibn Yusuf berupa imperium yang sangat luas, mulai dari wilayah Maghrib,
sebagian Afrika Utara hingga Spanyol Islam yang membentang ke utara sampai ke
praha. Akan tetapi Ali tidak secakap ayahnya, kendati demikian Ali sering
memimpin pasukan berjihat melawan Kristen yang belum dikuasai.[12]
Menurut sejarah, pemimpin Dinasti Murabithu>n berjumlah enam orang, empat yang pertama berhasil mengantarkan
Dinasti Murabithu>n pada perkembangan dan kemajuan. Mereka adalah Abdullah bin Yasin,
Abu Bakar bin Umar, Yusuf ibn Tasyfin dan Ali bin Yusuf. Sedang dua orang Amir
berikutnya, Ibrahim Ibn Tasyfin dan Ishak Ibn Tasyfin tidak mampu
mempertahankan kamajuan Dinasti Murabithu>n.[13]
3.Kemunduran Dinasti Murabithu>n
Sebenarnya tanda-tanda kemunduran Dinasti Murabithu>n mulai tampak sejak kepemimpinan Ali ibn yusuf , karena dia lebih
berminat dalam bidang keagamaan, hingga pada masanya Ulama’ memperoleh
kedudukan tinggi dan sangat berpengaruh pada pemerintahan serta bersikap keras
terhadap penduduk yang bukan Islam. Lebih dari itu orang Yahudi di Spanyol
dipaksa membayar pajak lebih tinggi, dengan dalih agar mereka dapat menjalankan
agamanya dengan bebas, begitu pula dialami orang-orang kristen. Oleh karena itu
mereka merasa senang tatkala tentara kristen akan membebaskannya dari tekanan
Islam.
Ali sebagai pemimpin pemerintahan mulai tidak peduli dengan urusan
negara, dia mulai berpuasa di siang hari dan malamnya bermujahadah, sikapnya
lebih menampakkan kezuhudan, dan dia terpangaruh tokoh-tokoh fikih saat itu,
hingga dia bagaikan boneka mainan.
Kondisi demikian berpengaruh dengan adanya kecenderungan para Fuqoha>’ yang mengkafirkan orang lain dan menumpuk harta, sampai
mereka berani mengkafirkan Imam al-Ghozali. Yang lebih ekstrim lagi mereka
mengeluarkan fatwa agar membakar kitab Al-ghozali, khususnya Ihya>’
Ulum al-Din. Tindakan
tersebut didasarkan pada anggapan bahwa dalam kitab tersebut sebagian besar
membahas ilmu kalam. Atas dasar itu para pejabat negara di arahkan agar dalam
mengambil kebijakan harus berlandaskan pendapat dan fatwa Fuqoha>’ .
Dalam kondisi yang begitu buruk, pada 1118 M, kota Saragossa jatuh
ke tangan Alfonso, raja arogan. Raja ini memperluas pengaruhnya hingga ke Spanyol
selatan dengan melakukan ekspedisi militer pada 1125-1126. Ketika Ali ibn yusuf
meninggal pada 1143, kekuasaan di wariskan pada puteranya, Ibrahim ibn Tasyfin
yang kurang cakap seperti ayahnya.
Pada pemarintahan Ibrahim ibn Tasyfin, terjadi dua pemberontakan,
yakni tahun 1144 dan 1145. Pada tahun ini Ibrahim ibn Tasyfin meninggal, dan
digantikan saudaranya Ishaq Ibn Tasyfin. Bersamaan dengan itu, muncul gerakan Muwahhidu>n yang berhasil merebut kota Marrakesh pada 1147, gerakan Muwahhidu>n berhasil melumpuhkan Murabithu>n, sekaligus membunuh Ishaq Ibn Tasyfin. Peristiwa ini menandai
berakhirnya kekuasaan Murabithu>n di Afrika Utara dan di gantikan Dinasti Muwahhidu>n.[14]
Dinasti
Muwahhidu>n
(1146-1235 M )
Sejarah berdirinya Dinasti Muwahhidu>n
Nama al-Muwahhidu>n yang berarti “orang-orang yang meng-esakan “ dinisbatkan pada
kelompok gerakan yang mendasari lahirnya dinasti ini. Yakni mereka berpendapat
Allah adalah Esa (ahad), tidak bisa digambarkan secara fisik sebagaimana
kelompok mujassimi>n yang meyakini bahwa Tuhan itu memiliki anggota badan seperti
manusia (antropomorphisme). Menurut pelopor Muwahhidu>n, kelompok mujassimi>n ini yakni
penguasa Murabithu>n, dianggap kafir. Menurut analisis C.E.Boswort (1993: 52-53), al-Muwahhidu>n
lahir untuk
memprotes Madzhab Maliki yang kaku, berkat dakwah
Murabithu>n. Dan muncul
sebagai respon terhadap perkembangan sosial yang rusak pada akhir kekuasaan Murabithu>n.
Kemunculan al-Muwahhidu>n, bermula dari gerakan dakwah seperti Murabithun yang beralih
menjadi gerakan politik dan reformasi sosial. Perbedaan keduanya adalah al-Muwahhidu>n diwarnai pemikiran teologi (ilmu kalam) sedang Murabithu>n diwarnai pemikiran fiqhiyah Malikiyah.
Gerakan dakwah al-Muwahhidu>n ini dipelopori oleh Muhammad ibn Tumart, yang kemudian bergelar al-Mahdi.
Ia berasal dari kabilah Masmudah, Berber, suku Hargah di wilayah Sus Maghrib
al-Aqsa. Dia adalah ulama’ besar yang pernah berguru di berbagai pusat ilmu
pengetahuan, Spanyol dan Baghdad. Di suatu ketika ia diundang oleh Ali ibn
Tasyfin (penguasa Murabithu>n), untuk berdebat dengan para fuqoha’ , yang berakhir ia diusir
dari negerinya.
Di tempat yang baru, ia menarik banyak pengikut, kemudian ia
memperbaiki organisasinya dengan menyusun sebuah buku tauhid, dan struktur
organisasi yang membagi pengikutnya menjadi empat belas kelompok, yang
masing-masing punya tugas khusus. Muhammad ibn Tumart dan para pengikutnya
meneruskan dakwah ke Afrika Utara bagian barat seperti Sinegal, Ghana dan Nigeria.
Dalam dakwahnya mereka banyak menyerang penguasa Murabithu>n
karena d}olim dan tidak wajib ditaati, bahkan dilawan. Dan menurutnya, jika
keadaan sosial semakin memburuk, maka mereka membutuhkan kedatangan al-Mahdi
(sang penyelamat yang ditunggu-tunggu), untuk itu Muhammad ibn Tumart mengklaim
sebagai al-Mahdi tersebut.[15]
Kemajuan Dinasti Muwahhidu>n
Setelah merasa kuat dengan doktrin amar ma’ruf nahi munkar,
Muhammad ibn Tumart mengadakan serangan ke ibu kota Murabithu>n di Marakisy, tetapi tidak berhasil. Dan selang beberapa waktu ia
sakit dan meninggal dunia setelah mewasiatkan kepemimpinannya pada Abdul
mu’min. Selanjutnya Abdul mu’min menerusakan pereluasan dakwah dan politik ke
Tilimsan (1147 M), Fes, Cauta, Tangier, dan Aghmat. Marakisy dikepung lagi dan
akhirnya dapat dijatuhkan. Kemudian ke Spanyol dan dapat menguasai sebagian
wilayahnya. Ia melanjutkan perjalanannya ke Al-Jazair (1152 M), Tunisia (1158),
dan Libia (1160 M), sejak inilah gerakan dakwah beralih menjadi politik.
Dinasti Muwahhidu>n berkuasa selama kurang lebih 122 tahun, di pimpin oleh 14 sultan.
Mulai Abdu al-Mu’min (1130-1163 M ) sampai al-Wasiq (1266-1269 M ). Karena
wilayah Dinasti Muwahhidun berdekatan dengan Spanyol, maka Afrika utara dapat
lebih mudah berhubungan dengan Spanyol. Dinasti Muwahhidu>n mulai menerima peradaban-peradaban negara tetangga, menara masjid
yang dibangun Sultan Yusuf Ya’kub tidak tertandingi indahnya, kota Rabbat di Maroko
di perluas, dan rumah sakit dibangun, perekonomian pertanian maju, hasil
pertanian dan industri diekspor sampai ke Asia Tengah dan India, serta membuat
alat pencetak uang segi empat berukir.
Di dalam ilmu pengetahuan, lahirlah para ilmuan dengan karyanya,
filosuf besar seperti Ibn Rusd, Musa bin Maimun dan Ibn Tufail. Di samping
filosuf Ibn Rusd juga dikenal ahli fiqh
dan kedokteran, ia mengarang Tahafut-tahafut dan Bidayah
al-Mujtahid . Dalam bidang tasawuf lahir Ibn Arabi dan Ibn Qasie. Dan
dalam saintis Muslim lahir Al-Baitar ahli obat-obatan, dan Ibn al-Awan ahli
pertanian.[16]
kemunduran Dinasti Muwahhidu>n
Kemunduran Dinasti Muwahhidu>n disebabkan antara lain karena luasnya wilayah kekuasaan, semantara
penduduk sangat majmuk yang terdiri dari bangsa Barbar yang terkenal dengan
sikapnya yang keras dan bengis. Wilayah yang luas ini, khususnya di wilayah
Spanyol yang sulit dikontrol pemerintah pusat, sehingga akhirnya mudah dikuasai
tentara Kristen yang mengalami kebangkitan politik.
Adapun penyebab yang menjadikan Dinasti Muwahhidu>n mengalami kehancuran adalah timbulnya berbagai pemberontakan di
Afrika Utara yang menuntut kemerdekaan, seperti Bani Tilimsan. Namun yang
langsung nerdampak adalah pemberontakan yang dilancarkan Bani Marin yang
berhasil merebut Marakesh. Maka semua wilayah di Afrika Utara direbut Bani
Marin, sedangkan wilayah di Spanyol di kuasai penguasa Kristen.[17]
Dinasti Bani Ahmar (1232-1292 M)
Pertumbuhan Dinasti Bani Ahmar
Setelah dinasti muwahiddu>n benar-benar lenyap dari Andalusia.
Pasukan kristen memasuki Andalus, sepenuhnya akan tetapi sekalipun semua kota-kota yang ada di andalusia
dikuasai oleh orang kristen tapi masih ada satu kota yang dikuasai orang islam
yaitu Granad[18] yang dikuasai Bani Ahmar
akan tetapi dinasti ini akan bertahan cukup lama yaitu berkuasa selama dua
setengah abad dari tahun (1232-1292 M) selama itu pula Granada menjadi pusat
riset dan perkembangan peradaban ilmuan muslim di barat sehingga Granada maju
dan berkembang pesat, diantara kemajuan yang dicapai pada masa pemerintahan
bani Ahmar Granada adalah seni Arsitektur, seperti bangunan istana Al-hamra dan
Masjid Al-hamra yang sangat terkenal di dunia, pada masa dinasti ahmar dan
tokoh yang terkenal dalam bidang sejarah yaitu Ibnu Bathutan (1304-1377 M)
berasal dari tangier, yang berhasil menempuh perjalanan panjang mengelilingi
dunia dan mampu mencatat penemuannya ke dalam sebuah buku yang dikenal dalam
sebutan al-Muhadhdhab Rihlah Ibnu Buthutan, serta Ibnu al-Khotib yang berperan
penting dalam melestarikan peninggalan sejarah tokoh lain yang tak kalah
penting adalah Ibnu Kholdun dari Tunisia yang tinggal di Andalusia, selain
sebagai sejarah Awan dia juga terkenal sebagai sosiologi muslim pertama dan
perumus filsafat sejarah. Adpun Raja yang termasyhur pada masa Dinasti Bani
Ahmar adalah Muhammad V (755 H).
Kehancuran dinasti Bani Ahmar
Seperti telah disinggung pada bagian terdahulu bahwa Granada merupakan
benteng terakhir pertahanan umat Islam di Andalusia. Sebab wilayah
lainnya satu persatu di kuasai oleh orang kristen. Sehingga pada masa kekuasaan
Bani Ahmar banyak ancaman dan teror dari penguasa kristen tersebut.
Ancaman itu semakin menjadi ketika terjadi persekutuan antara wilayah
Arogan dan Castille, melalui perkawinan Raja Ferdinand dengan Isabella dengan
begitu kerajaan kristen semakin kuat dan semakin menyedot terhadap kekuatan
Umat Isalam di Granada.[19]
Akan tetapi serangan-serangan yang datang dari Ferdinand dan Isabella dapat
dikalahkan oleh umat islam dibawah pinpinan Abul Hasan. Bahkan ia menolak
membayar Upeti kepada penguasa Castille, seperti yang dilakukan pada
wilayah lain sebelumnya. Hal itu ditandai dengan diusirnya utusan
Ferdinand yang datang untuk untuk meminta upeti tersebut. Utusan
itu dihardik dan diusir dengan kata-kata yang cukup pedas. “ katakan
kepada penguasamu bahwa raja-raja Granada yang bersedia membayar upeti
telah meninggal sekarang tidak ada lagi melainkan pedang”. Dan Abul Hasan
dapat menaklukkan kristen dan menduduki Zahra.[20]
Dengan dikuasainya kota Zahra raja ferdinand semakin berambisi
serta ingin membalas dendam terhadap kekalahan tersebut dia melancarkan
serangan mendadak terhadap istana hamra dan berhasil merebutnya. Dalam
penyerangan itu banyak wanita dan anak-anak yang meninggal dengan
jatuhnya istana Hamra ketangan penguasa kristen. Pertanda akan runtuhnya
kekuasaan Hamra.
Jatuhnya pusat-pusat Kekuasaan muslim di Andalusia menandai
lenyapnya pusat peradaban islam di barat. Sejak saat itu, tidak ada lagi
aktifitas keilmuan dan peradaban yang dilakukan, kecuali penancapan kekuasaan
kristen yang semakin kuat dan perasaan dendam kristen (Reconnqulesto) terhadap
umat Islam di seluruh dunia dengan melakukan berbagai ekspensi dan penjajahan,
demi mengeruk keuntungan dan kekayaan dari negara-negara timur yang mayoritas
muslim. Penjajahan itu terus berlanjut sehingga pada ke-20 M, kekuasaan Bani
Ahmar hanya tinggal sejarah.
DAFTAR
PUSTAKA
Choirul Rofiq,
Ahmad, sejarah Peradaban Islam (Dari Masa Klasik Hingga Modern), Ponorogo:
STAIN Ponorogo Press, 2009.
Munir, Samsul.
Sejarah Peradaban Islam. Jakarta : Amzah, 2010.
Nurhakim, Moh. Sejarah
dan Peradaban Islam, Malang: Universitas Muhammadiyah Malang, 2004.
http://asyroff.wordpress.com/sejarah-isalam/sejarah-islam-di-spanyol/
Yatim, Badri.
Sejarah Peradaban Islam. Jakarta : Raja wali Pers, 2011.
http://faidiatthayyibi.blogspot.com/2011/08/mulutmu-beracundinasti-murobithun.html
[1] Cordova
adalah ibu kota spanyol sebelum islam, yang kemudian diambil alih oleh
Bani Umayyah. Oleh penguasa muslim kota ini dibangun dan diperindah. Lihat
Sejarah Islam di Spanyol dalam
http://asyroff.wordpress.com/sejarah-isalam/sejarah-islam-di-spanyol/
[2] Menurut
Dr. Badri Yatim MA, Muluk Al-Tawaif atau negara-nagara kecil
yang diperintah oleh raja-raja golongan berjumlah lebih dari tiga puluh
negara yang berpusat di suatu kota seperti, Seville, Cordova, Toledo, dan
sebagainya. Lihat Sejrah Islam di Spanyol dalam
http://asyroff.wordpress.com/sejarah-isalam/sejarah-islam-di-spanyol/
[3] Ahmad
Choirul Rofiq, sejarah Peradaban Islam ( Dari Masa Klasik Hingga
Modern) (Ponorogo: STAIN Ponorogo Press, 2009), 183-184.
[4] Ulama’
besar bermadzhab maliki dari maroko Utara, yang ditugaskan oleh Abu Amran
al-Fasi untuk mendakwahkan agama suku Berber, Sanhaja, dan Maroko
selatan. Lihat Sejarah Islam di Spanyol dalam
http://asyroff.wordpress.com/sejarah-isalam/sejarah-islam-di-spanyol/
[6] Ahmad
Choirul Rofiq, (Ponorogo: STAIN Ponorogo Press, 2009), 198.
[7] Moh.Nurhakim,
Sejarah dan Peradaban Islam (Malang: universitas Muhammadiyah Malang,
2004), 112.
[9] Sevilla
dibangun pada masa pemerintahan Al-Muwahidun, pernah menjadi ibu kota indah
bersejarah yang semula rawa-rawa. Kota ini berada dalam kekuasaan islam sekitar
500 tahun. Ada bangunan masjid yang dibangun tahun 1171 pada masa sultan Yusuf
Abu Ya’kub, yang sekarang menjadi gereja santa maria dela sede. Lihat Sejarah
Islam di Spanyol dalam
http://asyroff.wordpress.com/sejarah-isalam/sejarah-islam-di-spanyol/.
[10] Granada
adalah tempat pertahanan terakhir umat islam di Spanyol. Posisi cordova diambil
alih oleh Granada pada masa akhir pemerintahan islam. Lihat Sejarah Islam di
Spanyol dalam
http://asyroff.wordpress.com/sejarah-isalam/sejarah-islam-di-spanyol/.
[11] Toledo
merupakan kota penting di eropa sebalum islam, Romawi menguasai kota ini dan di
jadikan ibu kota kerajaan. Ketika Tariq ibn Ziad menguasai Toledo pada 712
M, Toledo di jadikan pusat kegiatan islam. Toledo jatuh dari islam direbut oleh
Raja Al-Fonso VI dari Castilia, beberapa masjid peninggalan kini dijadikan
Gereja. Lihat Sejarah Islam di Spanyol dalam http://asyroff.wordpress.com/sejarah-isalam/sejarah-islam-di-spanyol/.
[12] Ahmad
Choirul Rofiq, (Ponorogo: STAIN Ponorogo Press, 2009), 202.
[14] Ahmad
Choirul Rofiq, (Ponorogo: STAIN Ponorogo Press, 2009), 205.
[15] Asyroff,
“Sejarah Islam di Spanyol” dalam
http://asyroff.wordpress.com/sejarah-isalam/sejarah-islam-di-spanyol/.
[16]
Asyroff, “Sejarah Islam di Spanyol” dalam
http://asyroff.wordpress.com/sejarah-isalam/sejarah-islam-di-spanyol/.
[17]
Ahmad Choirul Rofiq, (Ponorogo: STAIN Ponorogo Press, 2009), 208.
[19]
Samsul Munir Amin, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta : Amzah, 2010), 171.