Translator

Rabu, 16 Oktober 2013

ISLAM DI SPANYOL

ISLAM DI SPANYOL
Di Bawah Kekuasaan al-Muluk  al-Tawa>if
Perpindahan kekhalifahan di Andalusia (spanyol) menjadi Dinasti dilatarbelakangi perebutan kekuasaan. Dinasti Umawiyah Akhirnya runtuh ketika Khalifah Hisyam III ibn Muhammad III yang bergelar al-Mu’ta>dd (1027-1031) disingkirkan oleh kelompok angkatan bersenjata. Para pemuka penduduk Cordova[1] segara meminta Umayyah ibn ‘Abd al-Rahman agar bersedia menduduki jabatan negara tertinggi tersebut, karena harus bersembunyi untuk meloloskan diri dari bahaya yang mengancam dirinya. Menyaksikan keadaan demikian, Wazi>r Abu al-Hazm ibn Jawhar mengumumkan penghapusan khilafah untuk selamanya karena dianggap tidak lagi ada orang yang layak memegang jabatan tersebut. Ketika dinasti Bani Umayyah hanya tinggal puing-puing kehancuran, sejarah andalusia memasuki episode baru dengan tampilnya kepemimpinan Muluk al-Tawa>if[2] atau Taifas yang berarti raja-raja golongan pada 1031.
Setelah kekuasaan islam terlepas dari pemarintahan Bani Umayyah dan pindah ke Muluk al-Tawa>if, kondisi umat islam di spanyol kembali mengalami pertikaian internal. Ironisnya, setiap ada perang saudara, ada yang maminta bantuan dari raja-raja Kristen, sehingga orang kristen mulai mengambil inisiatif penyerangan.
Selanjutnya  umat islam di spanyol berada di bawah kekuasaan Dinasti Murabithu>n, Muwahhidu>n dan Bani ahmar atau Nashriyah. Ketika kekuasaan Bani Ahmar inilah pasukan kristen yang dipimpin Ferdinand dan Isabella berhasil menaklukkan umat islam pada tahun 1492 yang menandai berahirnya kekuasaan islam di tanah spanyol atau andalusia.[3]
Dinasti Murabithu>n ( 1086-1248 )
Sejarah berdirinya Dinasti Murabithu>n
Secara kronologis, berdirinya gerakan Murabithu>n diawali ketika seorang pemimpin suku lamtunah bernama Yahya ibn Ibrahim al-Jaddali melakukan ibadah haji ke tanah suci. Akibat perjalanan itu, dia menyadari akan perlunya suatu perbaikan dalam bidang agama bagi rakyatnya dalam perjalanan pulang. Di suatu tempat yang bernama nafis, dia bertemu dengan seorang guru sufi yang bernama Abdullah ibn Yasin al-Jazuli.[4] Dalam keterangan lain disebutkan bahwa dalam perjalanan pulang haji, Yahya bertemu dengan seorang alim yang bermadzhab Maliki yang bernama Abu Imran al-Fasi, dan atas petunjuknya Yahya mendapat guru dari Madzhab Maliki bernama Abdullah ibn Yasin al-Jazuli, dan selanjutnya Yahya memohon Ibn Yasin untuk bersedia mengajarkan agama yang benar kepada rakyatnya, orang-orang dari suku Lamtunah.
Dakwah yang disampaikan Ibn Yasin kurang mendapat sambutan dan hanya diikuti tujuh atau delapan orang saja, dua diantaranya adalah kepala suku Lamtunah bernama Yahya ibn Umar dan adiknya bernama Abu Bakr Ibn Umar. Oleh  sebab itu, Ibn Yasin mengajak pengikutnya kesebuah pulau di sinegal dan di sana mereka mendirikan ribath.[5] Di sinilah awal penamaan Murabithah, dan pengikutnya disebut Murabithun yang mempunyai pengikut dalam komunitas keagamaan.
Ketika jumlah mereka mencapai seribu orang, Ibn Yasin mulai memerintahkan untuk menyiarkan agama keluar ribath dan memberantas segala bentuk penyelewengan individu maupun penyelewengan penguasa yang memungut pajak terlalu tinggi. Dalam waktu sepuluh tahun jumlah pengikut Murabithun meningkat tajam, sehingga komunitas mereka menjadi gerakan politik yang menjadi gerakan jihad. Dengan diangkatnya Yahya Ibn Umar sebagai panglima militer, suku-suku bangsa di sahara ditaklukkan hingga ke daerah Wadi Dar’ah.
Setelah Yahya ibn Ibrahim al-Jaddali wafat pada 1056, kepemimpinan dipegang oleh ibn Yasin sendiri.[6] Abdullah Ibn Yasin dan pengikutnya (Murabithun) kemudian mengadakan penyerangan terhadap suku Berber lainnya yang mereka anggap sesat. Di bawah komando panglima Abu Bakar bin umar, suku Berber di sahara dan Maroko mereka serang, dan dalam pertempuran itu Ibn Yasin meninggal dunia (1059 M). Abu Bakar bin umar  selanjutnya memimpin gerakan ini hingga ia memindahkan ibu kota kekuasaannya dari kota kecil di sahara ke Marakisy pada 1070 M[7] dan gerakan itu juga dipimpin yusuf Ibn Tasyufin.[8]
Tatkala terjadi pertikaian diantara suku-suku yang ditinggalkannya di bagian selatan, kedua pemimpin itu berpisah (Abu Bakar bin umar dan yusuf Ibn Tasyufin). Abu bakar kembali ke sahara untuk mengambil keamanan dan ketertiban, sedangkan yusuf Ibn Tasyufin, melanjutkan upaya penaklukan ke wilayah utara.
Ketika Abu Bakar mendengar yusuf Ibn Tasyufin berhasil menguasai seluruh tanah Maghribi, dia kembali ke utara untuk mengambil kendali Murabithu>n. Akan tetapi, yusuf Ibn Tasyufin atas saran istrinya, Zaynab, hanya memberikan Abu Bakar limpahan hadiah tanpa menyinggung kepemimpinan Murabithun. Selanjutnya Abu Bakar kembali ke gurun sahara, kemudian melanjutkan ke Sudan hingga dia meninggal di sana pada 1087 M.
Sepeninggal Abu Bakar, yusuf Ibn Tasyufin membangun kota Marrakesh untuk di jadikan pusat pemerintahan, sementara upaya penaklukan terus dilakukan. Pada 1070 dia menguasai Fes. Delapan tahun kemudian menguasai Tangier. Selanjutnya, pada 1080-1082 meluaskan kekuasaan ke daerah Algeria, sehingga wilayah murabithu>n terbentang  dari pantai Afrika Utara sampai ke sinegal.
Kemajuan Dinasti Murabithu>n
Dinasti Murabithu>n mngalami kemajuan ketika di bawah pimpinan Yusuf Ibn Tasyfin, atas prestasi itu, Yusuf Ibn Tasyfin dimintai bantuan oleh Al-Mu’tamid, penguasa Bani Abbas di Sevilla[9] yang sedang terancam oleh kekuasaan Kristen, untuk menghadapi Al-Fonso VI. Akhirnya pertempuran terjadi di Al-Zallaqah pada 1086 M, dan Yusuf Ibn Tasyfin berhasil mengalahkan Al-Fonso VI, sekitar 20.000 pasukan musuh dibunuh dengan keji, merasa berpengalaman dan berhasil menghadapi musuh di Eropa, Yusuf Ibn Tasyfin dengan pasukannya kembali ke Eropa lagi pada 1090 M. Mereka bisa menguasai Granada,[10] Sevilla, dan kota-kota penting lainnya. Dengan demikian, Yusuf Ibn Tasyfin berhasil menguasai kerajaan muslim di Eropa kecuali Toledo.[11]
Atas keberhasilannya itu, Dinasti Murabithu>n kemudian mendaulat diri sebagai sebagai dinasti yang otonom, di mana penguasanya diberi gelar Amir al-Muslimin, namun masalah otoritas keagamaan, Murabithu>n masih tetep mengakui kekuasaan tertinggi pada Bani Abba>s di Baghdad.
Kemajuan Dinasti Murabithu>n tidak hanya perluasan wilayah, tetapi juga pada bidang yang lain, masjid dan istana megah di bangun di Marakisy. Selain itu dibangun masjid Ja’i Tlemsan, masjid Qairuwan di Fes, masjid agung Al-Jazair, dan lainnya. Keindahan dan keramaian kota Marakisy menarik kalangan luar memasuki ibu kota. Para seniman, sastrawan, penyair, arsitek bangunan, pedagang dan pengrajin berdatangan.
Kegemilangan Yusuf Ibn Tasyfin itu tidak begitu lama, karena pada 1107 dia wafat. Kemudian dia mewariskan kekuasaannya pada putranya bernama Ali ibn Yusuf berupa imperium yang sangat luas, mulai dari wilayah Maghrib, sebagian Afrika Utara hingga Spanyol Islam yang membentang ke utara sampai ke praha. Akan tetapi Ali tidak secakap ayahnya, kendati demikian Ali sering memimpin pasukan berjihat melawan Kristen yang belum dikuasai.[12]
Menurut sejarah, pemimpin Dinasti Murabithu>n berjumlah enam orang, empat yang pertama berhasil mengantarkan Dinasti Murabithu>n pada perkembangan dan kemajuan. Mereka adalah Abdullah bin Yasin, Abu Bakar bin Umar, Yusuf ibn Tasyfin dan Ali bin Yusuf. Sedang dua orang Amir berikutnya, Ibrahim Ibn Tasyfin dan Ishak Ibn Tasyfin tidak mampu mempertahankan kamajuan Dinasti Murabithu>n.[13]
3.Kemunduran Dinasti Murabithu>n
Sebenarnya tanda-tanda kemunduran Dinasti Murabithu>n mulai tampak sejak kepemimpinan Ali ibn yusuf , karena dia lebih berminat dalam bidang keagamaan, hingga pada masanya Ulama’ memperoleh kedudukan tinggi dan sangat berpengaruh pada pemerintahan serta bersikap keras terhadap penduduk yang bukan Islam. Lebih dari itu orang Yahudi di Spanyol dipaksa membayar pajak lebih tinggi, dengan dalih agar mereka dapat menjalankan agamanya dengan bebas, begitu pula dialami orang-orang kristen. Oleh karena itu mereka merasa senang tatkala tentara kristen akan membebaskannya dari tekanan Islam.
Ali sebagai pemimpin pemerintahan mulai tidak peduli dengan urusan negara, dia mulai berpuasa di siang hari dan malamnya bermujahadah, sikapnya lebih menampakkan kezuhudan, dan dia terpangaruh tokoh-tokoh fikih saat itu, hingga dia bagaikan boneka mainan.
Kondisi demikian berpengaruh dengan adanya kecenderungan para Fuqoha>’ yang mengkafirkan orang lain dan menumpuk harta, sampai mereka berani mengkafirkan Imam al-Ghozali. Yang lebih ekstrim lagi mereka mengeluarkan fatwa agar membakar kitab Al-ghozali, khususnya Ihya>’ Ulum al-Din. Tindakan tersebut didasarkan pada anggapan bahwa dalam kitab tersebut sebagian besar membahas ilmu kalam. Atas dasar itu para pejabat negara di arahkan agar dalam mengambil kebijakan harus berlandaskan pendapat dan fatwa Fuqoha>’ .
Dalam kondisi yang begitu buruk, pada 1118 M, kota Saragossa jatuh ke tangan Alfonso, raja arogan. Raja ini memperluas pengaruhnya hingga ke Spanyol selatan dengan melakukan ekspedisi militer pada 1125-1126. Ketika Ali ibn yusuf meninggal pada 1143, kekuasaan di wariskan pada puteranya, Ibrahim ibn Tasyfin yang kurang cakap seperti ayahnya.
Pada pemarintahan Ibrahim ibn Tasyfin, terjadi dua pemberontakan, yakni tahun 1144 dan 1145. Pada tahun ini Ibrahim ibn Tasyfin meninggal, dan digantikan saudaranya Ishaq Ibn Tasyfin. Bersamaan dengan itu, muncul gerakan Muwahhidu>n yang berhasil merebut kota Marrakesh pada 1147, gerakan Muwahhidu>n berhasil melumpuhkan Murabithu>n, sekaligus membunuh Ishaq Ibn Tasyfin. Peristiwa ini menandai berakhirnya kekuasaan Murabithu>n di Afrika Utara dan di gantikan Dinasti Muwahhidu>n.[14]
Dinasti Muwahhidu>n (1146-1235 M )
Sejarah berdirinya Dinasti Muwahhidu>n
Nama al-Muwahhidu>n yang berarti “orang-orang yang meng-esakan “ dinisbatkan pada kelompok gerakan yang mendasari lahirnya dinasti ini. Yakni mereka berpendapat Allah adalah Esa (ahad), tidak bisa digambarkan secara fisik sebagaimana kelompok mujassimi>n yang meyakini bahwa Tuhan itu memiliki anggota badan seperti manusia (antropomorphisme). Menurut pelopor Muwahhidu>n, kelompok mujassimi>n ini yakni penguasa Murabithu>n, dianggap kafir. Menurut analisis C.E.Boswort (1993: 52-53), al-Muwahhidu>n lahir untuk memprotes Madzhab Maliki yang kaku, berkat dakwah Murabithu>n. Dan muncul sebagai respon terhadap perkembangan sosial yang rusak pada akhir kekuasaan Murabithu>n.
Kemunculan al-Muwahhidu>n, bermula dari gerakan dakwah seperti Murabithun yang beralih menjadi gerakan politik dan reformasi sosial. Perbedaan keduanya adalah al-Muwahhidu>n diwarnai pemikiran teologi (ilmu kalam) sedang Murabithu>n diwarnai pemikiran fiqhiyah Malikiyah.
Gerakan dakwah al-Muwahhidu>n ini dipelopori oleh Muhammad ibn Tumart, yang kemudian bergelar al-Mahdi. Ia berasal dari kabilah Masmudah, Berber, suku Hargah di wilayah Sus Maghrib al-Aqsa. Dia adalah ulama’ besar yang pernah berguru di berbagai pusat ilmu pengetahuan, Spanyol dan Baghdad. Di suatu ketika ia diundang oleh Ali ibn Tasyfin (penguasa Murabithu>n), untuk berdebat dengan para fuqoha’ , yang berakhir ia diusir dari negerinya.
Di tempat yang baru, ia menarik banyak pengikut, kemudian ia memperbaiki organisasinya dengan menyusun sebuah buku tauhid, dan struktur organisasi yang membagi pengikutnya menjadi empat belas kelompok, yang masing-masing punya tugas khusus. Muhammad ibn Tumart dan para pengikutnya meneruskan dakwah ke Afrika Utara bagian barat seperti Sinegal, Ghana dan Nigeria. Dalam dakwahnya mereka banyak menyerang penguasa Murabithu>n karena d}olim dan tidak wajib ditaati, bahkan dilawan. Dan menurutnya, jika keadaan sosial semakin memburuk, maka mereka membutuhkan kedatangan al-Mahdi (sang penyelamat yang ditunggu-tunggu), untuk itu Muhammad ibn Tumart mengklaim sebagai al-Mahdi tersebut.[15]
Kemajuan  Dinasti Muwahhidu>n
Setelah merasa kuat dengan doktrin amar ma’ruf nahi munkar, Muhammad ibn Tumart mengadakan serangan ke ibu kota Murabithu>n di Marakisy, tetapi tidak berhasil. Dan selang beberapa waktu ia sakit dan meninggal dunia setelah mewasiatkan kepemimpinannya pada Abdul mu’min. Selanjutnya Abdul mu’min menerusakan pereluasan dakwah dan politik ke Tilimsan (1147 M), Fes, Cauta, Tangier, dan Aghmat. Marakisy dikepung lagi dan akhirnya dapat dijatuhkan. Kemudian ke Spanyol dan dapat menguasai sebagian wilayahnya. Ia melanjutkan perjalanannya ke Al-Jazair (1152 M), Tunisia (1158), dan Libia (1160 M), sejak inilah gerakan dakwah beralih menjadi politik.
Dinasti Muwahhidu>n berkuasa selama kurang lebih 122 tahun, di pimpin oleh 14 sultan. Mulai Abdu al-Mu’min (1130-1163 M ) sampai al-Wasiq (1266-1269 M ). Karena wilayah Dinasti Muwahhidun berdekatan dengan Spanyol, maka Afrika utara dapat lebih mudah berhubungan dengan Spanyol. Dinasti Muwahhidu>n mulai menerima peradaban-peradaban negara tetangga, menara masjid yang dibangun Sultan Yusuf Ya’kub tidak tertandingi indahnya, kota Rabbat di Maroko di perluas, dan rumah sakit dibangun, perekonomian pertanian maju, hasil pertanian dan industri diekspor sampai ke Asia Tengah dan India, serta membuat alat pencetak uang segi empat berukir.
Di dalam ilmu pengetahuan, lahirlah para ilmuan dengan karyanya, filosuf besar seperti Ibn Rusd, Musa bin Maimun dan Ibn Tufail. Di samping filosuf  Ibn Rusd juga dikenal ahli fiqh dan kedokteran, ia mengarang Tahafut-tahafut dan Bidayah al-Mujtahid . Dalam bidang tasawuf lahir Ibn Arabi dan Ibn Qasie. Dan dalam saintis Muslim lahir Al-Baitar ahli obat-obatan, dan Ibn al-Awan ahli pertanian.[16]
kemunduran Dinasti Muwahhidu>n
Kemunduran Dinasti Muwahhidu>n disebabkan antara lain karena luasnya wilayah kekuasaan, semantara penduduk sangat majmuk yang terdiri dari bangsa Barbar yang terkenal dengan sikapnya yang keras dan bengis. Wilayah yang luas ini, khususnya di wilayah Spanyol yang sulit dikontrol pemerintah pusat, sehingga akhirnya mudah dikuasai tentara Kristen yang mengalami kebangkitan politik.
Adapun penyebab yang menjadikan Dinasti Muwahhidu>n mengalami kehancuran adalah timbulnya berbagai pemberontakan di Afrika Utara yang menuntut kemerdekaan, seperti Bani Tilimsan. Namun yang langsung nerdampak adalah pemberontakan yang dilancarkan Bani Marin yang berhasil merebut Marakesh. Maka semua wilayah di Afrika Utara direbut Bani Marin, sedangkan wilayah di Spanyol di kuasai penguasa Kristen.[17]
Dinasti Bani Ahmar (1232-1292 M)
Pertumbuhan Dinasti Bani Ahmar
Setelah dinasti muwahiddu>n benar-benar lenyap dari Andalusia. Pasukan kristen memasuki Andalus, sepenuhnya akan tetapi sekalipun semua kota-kota yang ada di andalusia dikuasai oleh orang kristen tapi masih ada satu kota yang dikuasai orang islam yaitu Granad[18] yang dikuasai Bani Ahmar akan tetapi dinasti ini akan bertahan cukup lama yaitu berkuasa selama dua setengah abad dari tahun (1232-1292 M) selama itu pula Granada menjadi pusat riset dan perkembangan peradaban ilmuan muslim di barat sehingga Granada maju dan berkembang pesat, diantara kemajuan yang dicapai pada masa pemerintahan bani Ahmar Granada adalah seni Arsitektur, seperti bangunan istana Al-hamra dan Masjid Al-hamra yang sangat terkenal di dunia, pada masa dinasti ahmar dan tokoh yang terkenal dalam bidang sejarah yaitu Ibnu Bathutan (1304-1377 M) berasal dari tangier, yang berhasil menempuh perjalanan panjang mengelilingi dunia dan mampu mencatat penemuannya ke dalam sebuah buku yang dikenal dalam sebutan al-Muhadhdhab Rihlah Ibnu Buthutan, serta Ibnu al-Khotib yang berperan penting dalam melestarikan peninggalan sejarah tokoh lain yang tak kalah penting adalah Ibnu Kholdun dari Tunisia yang tinggal di Andalusia, selain sebagai sejarah Awan dia juga terkenal sebagai sosiologi muslim pertama dan perumus filsafat sejarah. Adpun Raja yang termasyhur pada masa Dinasti Bani Ahmar  adalah Muhammad V (755 H).
Kehancuran dinasti Bani Ahmar
Seperti telah disinggung pada bagian terdahulu bahwa Granada merupakan benteng terakhir pertahanan umat Islam di Andalusia.  Sebab wilayah lainnya satu persatu di kuasai oleh orang kristen. Sehingga pada masa kekuasaan Bani Ahmar  banyak ancaman dan teror dari penguasa kristen tersebut. Ancaman itu semakin menjadi ketika terjadi persekutuan antara  wilayah Arogan dan Castille, melalui perkawinan Raja Ferdinand dengan Isabella dengan begitu kerajaan kristen semakin kuat dan semakin menyedot terhadap kekuatan Umat Isalam di Granada.[19] Akan tetapi serangan-serangan yang datang dari Ferdinand dan Isabella dapat dikalahkan oleh umat islam dibawah pinpinan Abul Hasan. Bahkan ia menolak membayar Upeti kepada penguasa Castille, seperti yang  dilakukan pada wilayah lain sebelumnya. Hal itu ditandai dengan diusirnya utusan Ferdinand  yang datang untuk untuk meminta upeti  tersebut. Utusan itu dihardik dan diusir  dengan kata-kata yang cukup pedas. “ katakan kepada penguasamu bahwa raja-raja Granada yang bersedia membayar upeti telah  meninggal sekarang tidak ada lagi melainkan pedang”. Dan Abul Hasan dapat menaklukkan kristen dan menduduki Zahra.[20]
Dengan dikuasainya kota Zahra raja ferdinand semakin berambisi serta ingin membalas dendam terhadap kekalahan tersebut dia melancarkan serangan mendadak terhadap istana hamra dan berhasil merebutnya. Dalam penyerangan itu  banyak wanita dan anak-anak yang meninggal dengan jatuhnya istana Hamra ketangan penguasa kristen. Pertanda akan runtuhnya kekuasaan Hamra.
Jatuhnya pusat-pusat Kekuasaan muslim di Andalusia menandai lenyapnya pusat peradaban islam di barat. Sejak saat itu, tidak ada lagi aktifitas keilmuan dan peradaban yang dilakukan, kecuali penancapan kekuasaan kristen yang semakin kuat dan perasaan dendam kristen (Reconnqulesto) terhadap umat Islam di seluruh dunia dengan melakukan berbagai ekspensi dan penjajahan, demi mengeruk keuntungan dan kekayaan dari negara-negara timur yang mayoritas muslim. Penjajahan itu terus berlanjut sehingga pada ke-20 M, kekuasaan Bani Ahmar hanya tinggal sejarah.

DAFTAR PUSTAKA
Choirul Rofiq, Ahmad, sejarah Peradaban Islam (Dari Masa Klasik Hingga Modern), Ponorogo: STAIN Ponorogo Press, 2009.
Munir, Samsul. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta : Amzah, 2010.
Nurhakim, Moh. Sejarah dan Peradaban Islam, Malang: Universitas Muhammadiyah Malang, 2004.
http://asyroff.wordpress.com/sejarah-isalam/sejarah-islam-di-spanyol/
Yatim, Badri. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta : Raja wali Pers, 2011.
http://faidiatthayyibi.blogspot.com/2011/08/mulutmu-beracundinasti-murobithun.html






[1] Cordova adalah ibu kota spanyol sebelum  islam, yang kemudian diambil alih oleh Bani Umayyah. Oleh penguasa muslim kota ini dibangun dan diperindah. Lihat Sejarah Islam di Spanyol dalam http://asyroff.wordpress.com/sejarah-isalam/sejarah-islam-di-spanyol/
[2] Menurut Dr. Badri Yatim MA, Muluk Al-Tawaif atau negara-nagara kecil yang diperintah oleh  raja-raja golongan berjumlah lebih dari tiga puluh negara yang berpusat di suatu kota seperti, Seville, Cordova, Toledo, dan sebagainya. Lihat Sejrah Islam di Spanyol dalam http://asyroff.wordpress.com/sejarah-isalam/sejarah-islam-di-spanyol/
[3] Ahmad Choirul Rofiq, sejarah Peradaban Islam ( Dari Masa Klasik Hingga Modern) (Ponorogo: STAIN Ponorogo Press, 2009), 183-184.
[4] Ulama’ besar bermadzhab maliki dari maroko Utara, yang ditugaskan oleh Abu Amran al-Fasi untuk mendakwahkan agama  suku Berber, Sanhaja, dan  Maroko selatan. Lihat Sejarah Islam di Spanyol dalam http://asyroff.wordpress.com/sejarah-isalam/sejarah-islam-di-spanyol/
[5] Istilah Murabithun diambil dari kata Ribath yang berarti tempat peribadatan dan pengajian.
[6] Ahmad Choirul Rofiq, (Ponorogo: STAIN Ponorogo Press, 2009), 198.
[7] Moh.Nurhakim, Sejarah dan Peradaban Islam (Malang: universitas Muhammadiyah Malang, 2004), 112.
[8] Ahmad Choirul Rofiq, (Ponorogo: STAIN Ponorogo Press, 2009), 198.
[9] Sevilla dibangun pada masa pemerintahan Al-Muwahidun, pernah menjadi ibu kota indah bersejarah yang semula rawa-rawa. Kota ini berada dalam kekuasaan islam sekitar 500 tahun. Ada bangunan masjid yang dibangun tahun 1171 pada masa sultan Yusuf Abu Ya’kub, yang sekarang menjadi gereja santa maria dela sede. Lihat Sejarah Islam di Spanyol dalam http://asyroff.wordpress.com/sejarah-isalam/sejarah-islam-di-spanyol/.
[10] Granada adalah tempat pertahanan terakhir umat islam di Spanyol. Posisi cordova diambil alih oleh Granada pada masa akhir pemerintahan islam. Lihat Sejarah Islam di Spanyol dalam http://asyroff.wordpress.com/sejarah-isalam/sejarah-islam-di-spanyol/.
[11] Toledo merupakan kota penting di eropa sebalum islam, Romawi menguasai kota ini dan di jadikan ibu kota kerajaan. Ketika Tariq ibn Ziad menguasai Toledo pada 712 M, Toledo di jadikan pusat kegiatan islam. Toledo jatuh dari islam direbut oleh Raja Al-Fonso VI dari Castilia, beberapa masjid peninggalan kini dijadikan Gereja. Lihat Sejarah Islam di Spanyol dalam http://asyroff.wordpress.com/sejarah-isalam/sejarah-islam-di-spanyol/.
[12] Ahmad Choirul Rofiq, (Ponorogo: STAIN Ponorogo Press, 2009), 202.
[13] Moh. Nurhakim, (Malang: universitas Muhammadiyah Malang, 2004), 112-113.
[14] Ahmad Choirul Rofiq, (Ponorogo: STAIN Ponorogo Press, 2009), 205.
[15] Asyroff, “Sejarah Islam di Spanyol” dalam http://asyroff.wordpress.com/sejarah-isalam/sejarah-islam-di-spanyol/.
[16] Asyroff, “Sejarah Islam di Spanyol” dalam http://asyroff.wordpress.com/sejarah-isalam/sejarah-islam-di-spanyol/.
[17] Ahmad Choirul Rofiq, (Ponorogo: STAIN Ponorogo Press, 2009), 208.
[18] Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta : Raja wali Press, 2011), 99.
[19] Samsul Munir Amin, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta : Amzah, 2010), 171.
[20] Faidi dalam http://faidiatthayyibi.blogspot.com/2011/08/mulutmu-beracundinasti-murobithun.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar